Kamis, 07 Juni 2012

EMPAT DASAR AMAL YANG DITERIMA ALLAH






Hampir semua orang mengharapkan dan mendambakan amalnya diterima oleh Allah. Tapi sebanyak itu pula kesalahan yang mereka lakukan sehingga dalam kaca mata syariat banyak amal ibadah kita tak “terkabulkan”, karena kesalahan kita sendiri.


Karena itulah mari kita perbaiki amal ibadah kita dengan mengikuti petunjuk para ulama. b a’dul hukama berkata: Agar amal kita menjadi baik dan diterima Allah memerlukan empat dasar amal:


- Ilmu: Apapun yang kita lakukan jika tidak dibarengi dengan ilmunya, maka kerusakannya jauh lebih banyak daripada manfaatnya. Dalam hal ini Abah mencontohkan dengan penjahit gadungan dan berani memasang papan “penjahit”, maka yakin kerugian yang ditimbulkan jauh lebih banyak baik kepada dirinya atau pelanggannya.


- Niat: Dalam setiap amal agar sah menurut syafiiyah harus dibarengi dengan niat yang baik karena Allah. Hal itu sesuai dengan hadist: bahwa setiap amal akan sah jika dibarengi dengan niat.


- Sabar: Ibadah juga membutuhkan kesabaransehingga ibadah yang kita lakukan benar-benar sempurna, tidak asal-asalan. Karena berapa banyak orang, termasuk kita sendiri, ketika sholat dan lainnya terkesan asal selesai?


- Ikhlas: Seberapa hebat ilmu, niat dan sabar ibadah kita tapi jika tidak dibarengi dengan ikhlas yang menjadi ruhnya, maka ibadah kita akan sia-sia. Karena ikhlas adalah cermin untuk mengetahui seberapa dekat dan tulus kita kepada Allah, jika kita tulus dan ikhlas karena Allah, maka kita akan diterima Allah dan dicintai orang lain.


Karena itulah marilah kita berusaha untuk berusaha mengamalkan emapt dasar tadi, agar ibadah kita diterima Allah. Amal yang diterima itu tanda Allah cinta dengan kita. Dan diriwayatkan bahwa jika Allah mencintai hamba-Nya akan berkata kepada Jibril: sesunguhnya aku mencintai hamba-Ku maka cintailah ia. Lalu Jibril berkata kepada penduduk langit: ketahuilah bahwa Allah mencintai seseorang, maka cintailah mereka. Lalu orang itu mendapatkan cinta semua penduduk dunia.


Disarikan Oleh : DR. A. Najib Afandi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar