Jumat, 08 Juni 2012

E-Health dan Telemedicine



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Teknologi komunikasi sekarang ini telah mengubah pola pikir kebanyakan orang di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi juga di negara Indonesia yang pada saat ini sedang berkembang. Seiring dengan era cyber-net, dunia kesehatan juga tidak mau ketinggalan dengan kemajuan tersebut. Di dunia kesehatan telah dikembangkan e-health atau telehealth atau telemedicine sebagai sarana layanan kesehatan jarak jauh.
e-Health  (dulu telehealth atau telemedicine) mengacu pada semua bentuk layanan kesehatan elektronik yang dikirimkan melalui Internet, meliputi bidang informasi, pendidikan, dan “produk” komersial hingga pelayanan langsung yang ditawarkan oleh para profesional, nonprofesional, pelaku bisnis, atau konsumen itu sendiri.
Pada tahun 1999, e-Health merupakan istilah yang sangat populer yang mengacu pada pelayanan kesehatan berbasis Internet.  Istilah e-Health ini merefleksikan perubahan : pergerakan dari pelayanan kesehatan inovatif dari proyek-proyek telemedicine dan telehealth yang independen hingga jaringan distribusi ke seluruh dunia yang dikenal sebagai Internet.
Layanan e-Health terdiri dari 5C yaitu: content, connectivity, commerce, community, dan clinical care. Bagi beberapa orang ditambah menjadi 6 yaitu computer applications. E-Health menggambarkan kemampuan unik Internet yang memungkinkan pengiriman pelayanan kesehatan yang merupakan karakter dari telehealth dan telemedicine. Hasilnya, e-Health menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien, membuat  pasien  dan professional dapat melakukan hal yang sebelumnya mustahil menjadi dapat dilakukan melalui Internet.
Adanya kekuatan dari teknologi telekomunikasi, E-health, telehealth dan telemedicine telah memperlihatkan bagaimana teknologi komunikasi dapat didesain, diimplementasikan dan dikelola untuk membantu layanan profesional memperluas dan mentransformasi organisasinya. 


1.2 Batasan Masalah
Menjelaskan mengenai sejarah perkembangan e-Health, serta konsep E-Health dan Telemedicine di Indonesia.


1.3 Rumusan Masalah
Untuk dapat melakukan suatu penyelesaian atau pengelolaan suatu asuhan keperawatan ataupun masalah keperawatan melalui jarak jauh, maka dibutuhkan pengetahuan tentang sistem e-Health dan Telemedicine.


1.4 Tujuan Makalah
a. Mengetahui sejarah E-health dan telemedicine.
b. Mengetahui konsep E-health dan telemedicine.
c. Mengetahui E-Health dan Telemedicine di Indonesia.


1.5 Manfaat Penulisan
Diharapkan pembaca dapat memahami dan pada akhirnya nanti dapat mengaplikasikannya di lingkungan kerja khususnya di bidang keperawatan ataupun di tatanan masyarakat secara luas dalam arah teknologi informatika.


1.6 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi kepustakaan yang dilakukan dengan pengumpulan data dari berbagai referensi, serta penggunaan layanan internet yang berkaitan dengan E-health dan Telemedicine.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Perkembangan E-Health
Sejak tahun 1960-an hingga saat ini, banyak istilah yang telah dipakai untuk menggambarkan sistem rekam medis otomatis. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan sistem ini berubah seiring kemajuan teknologi dan karena berkembangnya sistem otomatis dari aplikasi komputer tunggal menjadi kombinasi dari berbagai sistem jaringan yang sama.


Pada periode 1970-1980, istilah catatan medis yang terkomputerisasi digunakan untuk menggambarkan upaya otomatisasi catatan medis awal. Upaya otomatisasi awal difokuskan pada pengembangan kesiagaan, catatan administrasi pengobatan, penyedia komunikasi perintah, dan catatan. Sistem otomatis ini terutama digunakan dalam jenis sistem berikut : pendaftaran pasien, keuangan, laboratorium, radiologi, farmasi, keperawatan, dan terapi pernapasan. Selama tahun 1970-an, banyak catatan medis terkomputerisasi dikembangkan dalam aturan universitas untuk penggunaan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kesatuan, sehingga sistem ini tidak bisa dengan mudah diimplementasikan di fasilitas lainnya.
Sepanjang tahun 1980, pengembangan sistem otomatis lambat, tapi visi dari sistem catatan elektronik adalah untuk tujuan dari industri perawatan kesehatan. Institute of Medicine (IOM), pada tahun 1991, merilis sebuah laporan berjudul (The Record Pasien Based Record) catatan medis berbasis komputer: “Sebuah Teknologi Penting untuk Kesehatan”. Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengembangkan sistem otomatis yang akan memberikan catatan pasien secara longitudinal. Suatu catatan pasien longitudinal berisi catatan dari episode/peristiwa yang berbeda dari suatu perawatan, penyedia, dan fasilitas yang dihubungkan dengan sebuah bentuk tampilan, waktu ke waktu, dari pertemuan perawatan kesehatan pasien. IOM menyimpulkan bahwa ini dapat dicapai melalui catatan pasien berbasis komputer (CPR). CPR adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan yang lebih luas dari suatu catatan pasien yang telah ada pada 1990-an.
CPR bersifat multidisiplin dan multienterprise, dan memiliki kemampuan untuk menghubungkan informasi pasien di lokasi yang berbeda menurut pengenal pasien yang unik. Meskipun ini adalah keuntungan utama dari sistem CPR, ada juga keuntungan lain dari sistem catatan otomatis ini. CPR juga menyediakan akses untuk masalah kesehatan yang lengkap dan akurat, status, dan data pengobatan; dan berisi peringatan (misalnya, interaksi obat) dan pengingat (misalnya, pemberitahuan pembaruan resep) untuk penyedia layanan kesehatan. Menurut laporan Institute of Medicine tahun 1991, catatan elektronik harus mendukung sebagai berikut:


  • Dokter dapat mengakses informasi pasien
  • Hasil tes baru dan lama di beberapa perawatan
  • Catatan yang terkomputerisasi
  • Komputerisasi keputusan sistem pendukung untuk mencegah interaksi obat dan meningkatkan kepatuhan dengan praktik terbaik
  • Komunikasi elektronik yang aman antara penyedia dan pasien
  • Pasien dapat mengakses catatan, manajemen alat-alat penyakit, dan sumber daya informasi kesehatan
  • Komputerisasi pada proses administrasi, seperti sistem penjadwalan
  • Standar berbasis penyimpanan data elektronik
  • Pelaporan untuk keselamatan pasien dan upaya surveilans penyakit


Edisi kedua dari laporan ini dirilis pada tahun 1997, yang selanjutnya divalidasi untuk pengembangan sistem otomatis rekam medis.  Sebagai sistem otomatis dikembangkan sepanjang tahun 1990-an, perintah, transkripsi, dan fungsi pencitraan dokumen digabung dengan fungsi CPR.  Pencitraan dokumen dan pencitraan disk optik disediakan alternatif untuk mikrofilm tradisional atau sistem penyimpanan jauh karena catatan pasien dikonversi menjadi gambar elektronik dan disimpan pada server atau disk optik. Pencitraan Optical disk menggunakan teknologi laser untuk membuat gambar. Scanner digunakan untuk menangkap gambar dalam kertas catatan ke media penyimpanan elektronik.


2.2 E-Health di Indonesia
Indonesia harus memiliki arsitektur Electronic Health (e-health) nasional yang didukung oleh road map buatan pemangku kepentingan di industri kesehatan agar Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) bisa optimal digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
e-health merupakan suatu bentuk layanan kesehatan secara elektronis yang mempunyai tujuan untuk mendukung kegiatan kesehatan secara umum dan meningkatkan kualitas layanan. Roadmap ini harus menyangkut masalah aristektur teknologi, proses bisnis dan juga tata kelola dengan segala regulasi pendukungnya.
Arsitektur teknologi sebaiknya dikaitkan dengan teknologi yang efisien tapi tetap menjaga keamanan dan privacy pasien. Teknologi Cloud Computing bisa dijadikan sebagai tulang punggungnya. TIK dengan perkembanganya memiliki sifat interaktif bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga memungkinkan untuk membantu manusia mengelola kesehatannya. Saat ini masih terjadi disparitas layanan kesehatan di perkotaan dan di daerah. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi akan dapat menekan kondisi tersebut dan juga menghindari membludaknya jumlah pasien ke rumah sakit besar yang mestinya hanya menangani pasien dengan tingkat kesulitan tertentu.


Pengembangan e-health perlu didasarkan pada kebutuhan pengguna akan layanan kesehatan, sehingga akan tercipta e-health yang tepat sasaran dan mampu meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia. Saat ini ekosistem kesehatan terdiri dari beberapa komponen yaitu, pengguna (pasien dengan berbagai level ekonomi), pemerintah sebagai regulator dan fasiliastor, dokter, rumah sakit, apotik, industri obat dan penyelenggara maupun pendukung kesehatan lainnya. Masing-masing komponen bisa membangun dengan program TIK masing-masing. Namun demikian karena pasien itu berpindah-pindah dan perlu penanganan yang cepat, akurat dan murah, maka diperlukan suatu sistem TIK yang baik.
Saat ini banyak aplikasi telah dikembangkan, baik untuk rumah sakit apotik, puskesmas, dan lain-lainya. Namun demikian apakah masing-masing komponen telah bisa berintegrasi? Integrasi dibutuhkan mulai dari data pasien (rekam medis), tempat praktek dokter, test laboratorium hingga pemberian resep dokter secara elektronik.


2.3 Telemedicine
Telemedicine didefinisikan sebagai penggunaan telekomunikasi untuk menyediakan informasi medis maupun layanan medis. Aplikasi ini bisa sangat sederhana misalnya dalam bentuk 2 profesional kesehatan berdiskusi tentang suatu kasus melalui telepon atau menggunakan teleconference, atau sangat canggih menggunakan teknologi satelit untuk mengirimkan konsultasi antar provider pada fasilitas yang berbeda negara menggunakan teleconference atau teknologi robotik. Keadaan yang pertama dilakukan setiap hari oleh kebanyakan tenaga kesehatan dan yang terakhir digunakan oleh militer dan beberapa pusat kesehatan.


Tipe-Tipe Teknologi yang Digunakan
Dua jenis teknologi yang berbeda paling banyak digunakan dalam aplikasi telemedicine sekarang ini. Yang pertama dikenal dengan istilah store dan forward digunakan untuk mentransfer image digital dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Sebuah citra digital diambil menggunakan kamera digital (disimpan) dan kemudian di kirim (forward) oleh komputer ke lokasi lainnya. Hal ini biasanya dilakukan untuk kondisi yang tidak darurat, ketika sebuah diagnosis atau konsultasi dibuat dalam kurun waktu 24-48 jam dan dikirim kembali.
Gambar mungkin dikirimkan dalam 1 gedung, antar gedung dalam 1 kota atau dari beberapa lokasi ditempat yang berbeda negara. Teleradiology, pengiriman gambar X-ray, CT scan atau MRI adalah aplikasi yang paling sering digunakan dalam dunia telemedicine saat ini. Ada ratusan pusat kesehatan, klinik dan dokter pribadi yang menggunakan beberapa bentuk teleradiologi. Beberapa radiologis menginstall teknologi komputer di rumah mereka, sehinggga mereka bisa menerima gambar yang dikirim ke mereka dan melakukan diagnosis, daripada harus menempuh perjalanan ke klinik atau rumah sakit tertentu.
Telepathology adalah contoh lain dari penggunaan teknologi telemedicine. Citra pathologi dikirim dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk konsultasi diagnosis. Dermatologi juga cocok untuk pengaplikasian telemedicine (meskipun praktisi lebih banyak mencoba menggunakan teknologi interaktif untuk pengamatan kulit). Citra digital dari kondisi suatu kulit diambil dan dikirim ke dermatologist untuk diagnosis. Teknologi lain yang paling sering digunakan adalah IATV (Inter Active TV) dua arah. Teknologi ini digunakan ketika konsultasi face to face diperlukan. Pasien dan kadang-kadang provider atau seorang perawat atau koordinator telemedicine berada di satu sisi, disisi lain adalah seorang spesialis biasanya di tempat pusat kesehatan yang lebih maju. Peralatan video conference untuk dua sisi memungkinkan konsultasi ”real-time” bisa dilakukan. Teknologi ini telah mengalami banyak penurunan harga dan kompleksitas dalam waktu 5 tahun terakhir, dan banyak program sekarang menggunakan aplikasi teleconference desktop. Ada banyak konfigurasi untuk konsultasi interaktif, tapi yang paling umum adalah konfigurasi antara kota dan desa. Ini berarti pasien tidak harus menempuh perjalanan dari desa ke kota untuk menjumpai seorang spesialis, dan dibeberapa kasus seorang spesialis bisa disediakan untuk daerah-daerah yang jauh tanpa kehadiran secara fisik spesialis tadi di daerah-daerah tersebut.


2.4 Program dan Aplikasi Telemedicine
Banyak aplikasi yang telah dikembangkan berbasis pada konsep telemedicine salah satu contohnya adalah WebcamMD. WebcamMD, adalah situs yang menyediakan layanan konsultasi untuk diagnosis penyakit melalui layanan website. Ada beberapa fasilitas yang ditawarkan oleh webcamMD, khusus untuk pasien maupun untuk profesional kesehatan. Layanan utama dari situs ini adalah layanan videoconference yang berbasis web. Pasien atau penggguna login terlebih dahulu kemudian tinggal melakukan teleconference dengan petugas yang online dan menyebutkan kesulitan yang terjadi untuk masalah-masalah misalnya bayi rewel atau pertolongan pertama pada kecelakan yang terjadi pada salahsatu anggota keluarga. Dukungan bandwidth yang lebar dan akses internet yang cepat dan murah tentunya menjadi kendala dari pengimplementasian teknologi ini di Indonesia.


Format Data
Format Data dalam telemedicine sama seperti format data dalam pertukaran data teknologi informasi. Umumnya ada beberapa format data yang dipakai 1.
Data Teks dan Numerik:
Transmisi dalam bentuk ‘hanya-untuk-dibaca’ (read-only) Contoh: Laporan, korespondensi, catatan tentangg pasien dalam rekam medik.


Data Audio
Transmisi dalam bentuk analog / digital . Contoh: Suara pembicaraan, sinyal audio dari stetoskop elektronik.


Citra Diam (Still Image)
Transmisi dlm btk terkompresi (standar kompresi lossy: the Joint Photography Expert Group; JPEG) Contoh: Foto Rontgen, citra mikroskopik patologi, citra dermatologi, hasil CT-scan.


Data Video (Citra Sekuensial)
Standar kompresi: the Moving Picture Expert Group; MPEG Contoh: Sinyal biologi ultrasound gerakan fetus. 
Berikut ini gambaran tentang data tipikal yang digunakan dalam telemedicine:




Salah satu teknologi yang bisa dilirik untuk pengemasan paket data telemedicine adalah pengiriman data melalui jaringan 3G. Aplikasi 3G memungkinkan integrasi video call, pengiriman data medis yang kompleks (gambar radiologi, hasil pemeriksaan patologi anatomi) sampai ke rekaman biosignal (EKG, EEG) dapat dilakukan menggunakan teknologi ini.


2.5 Aplikasi Telemedicine di Indonesia
Pelaksanaan telemedicine di Indonesia sampai saat ini terus dikaji dan dikembangkan, karena dalam implementasinya dijumpai beberapa kendala utama. 
Kendala pertama berasal dari aspek instalasi sistem/infra struktur telemedicine. Biaya perangkat keras untuk melakukan teleconference (untuk telediagnosis maupun tele konsultasi) belum banyak dimiliki di fasilitas kesehatan yang ada di daerah terpencil. Biaya pengadaan perangkat lunak penunjang (kalau memang teknologinya sudah ada) juga tidak murah, belum lagi biaya instalasi yang memerlukan dukungan tenaga terlatih. 
Masalah lain juga timbul pada aspek integrasi konsep telemedicine ke dalam praktek kedokteran di Indonesia. Tenaga Medis dengan dukungan kemampuan telemedicine masih terbatas. Penerimaan komunitas terhadap hasil dari telemedicine dibidang tenaga kesehatan maupun tenaga non-medis juga beragam, belum lagi aspek legal dan etik praktik telemedicine ini. Dan terakhir adalah a spek pemeliharaan sistem.
Beberapa isu yang mengemuka adalah besarnya Biaya pemeliharaan, Efektivitas-biaya secara komersial, Pengawasan kualitas layanan, dan terakhir adalah Penyesuaian dgn perkembangan teknologi informasi & ilmu kedokteran. Contoh-contoh aplikasi Telemedicine antara lain :






BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Menurut saya E-health merupakan suatu bentuk layanan kesehatan secara elektronis yang mempunyai tujuan untuk mendukung kegiatan kesehatan secara umum dan meningkatkan kualitas layanan. Roadmap ini harus menyangkut masalah aristektur teknologi, proses bisnis dan juga tata kelola dengan segala regulasi pendukungnya.
sedangkan Telemedicine adalah konsep praktek kedokteran yang sangat bermanfaat untuk mendukung diagnosis maupun konsultasi medis jarak jauh. Telemedicine dapat menjembatani kekurangan tenaga spesialis medis disuatu tempat dan menawarkan layanan kesehatan cepat yang tanpa dibatasi jarak.
Telemedicine sangat tergantung pada tingkat ketersediaan infrastruktur IT di suatu daerah dan juga tingkat biaya operasional yang tersedia. Telemedicine juga masih sangat dibatasi oleh penguasaan teknologi ini khususnya oleh tenaga medis di Indonesia.
Baik E-Health maupun Telemedicine mempunyai kelebihan dan kelemahan serta dampak positif dan negatifnya sehingga sebagai agent perubahan saya dan para generasi penerus ini harus mampu memaknai setiap perubahan yang ada dan bagaimana harus memfilternya sehingga dapat berkembang dan bermanfaat terutama dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. 


3.2 Saran
Untuk lebih memperdalam lagi ilmu mengenai e-Health and Telemedicine ini diharapkan bagi para pembaca untuk lebih mencari lagi informasi yang terkait baik secara studi pustaka maupun melalui layanan informasi yang lainnya dengan pembahasan yang sesuai dengan makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA


http://www.computerized-screening.com/Default.htm
http://www.medics-network.com/download/danluprano_dec03.pdf
http://www.pusatstudi.gunadarma.ac.id/psik/index.php/psik/query_entry/1/3/3/5
http://www:store.globalmedia.com
http://www.telemedicine.com/
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0612/18/tekno/3176211.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar