Minggu, 25 November 2012

KONSEP DASAR KELUARGA


KONSEP DASAR KELUARGA

2.1  Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga :
1.      Tipe Keluarga Tradisional
a.       Keluarga Inti
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat).

b.      Keluarga Besar
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, dan bibi.

c.       Keluarga “ Dyad ”
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.

d.      “ Single Parent ”
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ ibu) dengan anak (kandung/ angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 

e.       “ Single Adult ”
Yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).


2.      Tipe Keluarga Non Tradisional
a.       The Unmarriedteenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b.      The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.

c.       Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam suatu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

d.      The Non Marital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e.       Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partner).

f.       Cohabiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan dengan alasan tertentu.

g.      Group-marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya.




h.      Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

i.        Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

j.        Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

k.      Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam hidupnya.

Bagaimana di Negara kita Indonesia ?
Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari suami, istri dan anak atau ayah, ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan, Indonesia bertujuan ingin menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam Undang-Undang No. 10 disebut sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antar anggota  dan dengan masyarakat.

Pembagian sistem keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.      Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.      Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan perkembangan peran individu dan meningkatnya rasa individualism, pengelompokkan tipe keluarga selain dua diatas berkembang menjadi :
1.      Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.
2.      Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah  satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3.      Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4.      Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
5.      Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai  pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi stasus anak-anaknya.
6.      Keluarga yang dibentuk oleh pasangan berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).

 

 

2.2  Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melakukan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedmen mengatakan ada empat elemen struktur keluaraga, yaitu;
1.      Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal atau informal.
2.      Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3.      Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan inti keluarga.
4.      Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengarui dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang memberikan asuhan. Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsi bahwa ( Lisli & Korman, 1989; Parsons & Bales, 1955):
1.      Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri.
2.      Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan masalah individu dan lingkungannya.
3.      keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok lain.
4.      Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi keluarga di masyarakat, serta memperhatikan negara Indonesia menuju negara industri, Indonesia menginginkan terwujudnya Keluarga Sejahtara. Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu:
1.      Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator Keluarga Sejahtera tahap 1.

2.      Keluarga sejahtera tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I:
1.      Melaksanakan ibadah menurut agama masing - masing yang dianut
2.      Makan dua kali sehari atau lebih
3.      Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
4.      Lantai rumah bukan dari tanah
5.      Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan.

3.      Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II:
1.      Melaksanakan ibadah menurut agama masing - masing yang dianut
2.      Makan dua kali sehari atau lebih
3.      Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
4.      Lantai rumah bukan dari tanah
5.      Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana/ petugas kesehatan
6.      Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama masing - masing yang dianut
7.      Makan daging/ikan/telur sebagai lauk paling kurang sekali dalam seminggu
8.      Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
9.      Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m persegi perorang
10.  Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi masing – masing
11.  Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap
12.  Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai dengan 60 tahun
13.  Anak usia sekolah (7-15 tahun ) bersekolah
14.  Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi

4.      Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:
1.      Melaksanakan ibadah menurut agama masing - masing yang dianut
2.      Makan dua kali sehari atau lebih
3.      Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
4.      Lantai rumah bukan dari tanah
5.      Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan)
6.      Angota keluarga melakukan ibadah secara teratur menurut agama masing - masing yang dianut
7.      Makan daging/ikan/telur sebagai lauk paling kurang sekali dalam seminggu
8.      Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
9.      Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m persegi perorang
10.  Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi masing – masing
11.  Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap
12.  Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai dengan 60 tahun
13.  Anak usia sekolah (7-15 tahun ) bersekolah
14.  Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi
15.  Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama
16.  Keluarga mempunyai tabungan
17.  Makan bersama paling kurang sekali sehari
18.  Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
19.  Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan
20.  Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan majalah
21.  Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi

5.      Keluarga Sejahtera III (KS III plus) adalah keluarga yang bersifat dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis. Maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:
1.      Melaksanakan ibadah menurut agama masing - masing yang dianut
2.      Makan dua kali sehari atau lebih
3.      Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
4.      Lantai rumah bukan dari tanah
5.      Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan)
6.      Angota keluarga melakukan ibadah secara teratur menurut agama masing - masing yang dianut
7.      Makan daging/ikan/telur sebagai lauk paling kurang sekali dalam seminggu
8.      Memperoleh pakaian batu dalam satu tahun terakhir
9.      Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m persegi perorang
10.  Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi masing – masing
11.  Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap
12.  Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang berumur 10 sampai dengan 60 tahun
13.  Anak usia sekolah (7-15 tahun ) bersekolah
14.  Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi
15.  Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama
16.  Keluarga mempunyai tabungan
17.  Makan bersama paling kurang sekali sehari
18.  Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
19.  Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan
20.  Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televisi, dan majalah
21.  Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi
22.  Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat
23.  Aktif sebagai pengurus yayasan/panti

Penduduk miskin di Indonesia telah ada puluhan tahun yang lalu. Tahun 1970, proporsi penduduk miskin sekitar 60%, tahun 1996 manjadi 11%, dan tahun 1998 menunjukkan proporsi keluarga miskin meningkat kembali manjadi 39%. Survei Biro Pusat statistik akhir Desember tahun 199x menunjukkan keluaga miskin sekitar 24,2 %. Kecenderungan tingginya keluarga miskin di Indonesia akibat adanya krisis ekonomi yang melanda negara - negara Asia termasuk Indonesia.
Dari batasan yang diatas, keluarga miskin adalah yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup material yang layak khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, sandang, dan pangan (Rhina, 1999). Berdasarkan Instruksi Presiden Nomer 3 tahun 1996 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan, keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluraga sejahtera I (KS I). Tahun 2000 Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan sembilan indikator keluarga miskin.

Indikator Keluarga Miskin:
1.      Tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih
2.      Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang seminggu sekali
3.      Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas
4.      Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu stel  setahun sekali
5.      Bagian terluas lantai rumah dari tanah
6.      Luas lantai rumah kurang dari delapan meter persegi untuk setiap penghuni rumah.
7.      Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan tetap.
8.      Bila anak sakit/PUS ingin ber KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan
9.      Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah

2.3  Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Allender 1998
1.      Affection
a.       Menciptakan suasana persaudaraan atau menjaga perasaan
b.      Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual
c.       Menambah anggota baru
2.      Security and acceptance
a.       Mempertahankan kebutuhan fisik
b.      Menerima individu sebagai anggota
3.      Identity and satisfaction
a.       Mempertahankan motivasi
b.      Mengembangkan peran dan self image
c.       Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktifitas
4.      Affiliation and companionship
a.       Mengembangkan pola komunikasi
b.      Mempertahankan hubungan yang harmonis
5.      Socialization
a.       Mengenal kultur (nilai dan perilaku)
b.      Aturan atau pedoman hubungan internal dan eksternal
c.       Melepas anggota
6.      Controls
a.       Mempertahankan kontrol sosial
b.      Adanya pembagian kerja
c.       Menempatkan dan menggunakan sumber daya yang ada


Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur
a.       Struktur legalisasi
Masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi).
b.      Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
c.       Struktur yang terbuka dan anggota keluarga yang terbuka: mendorong kejujuran dan kebenaran (Honesty dan authenticity).
d.      Struktur: suka melawan dan tergantung pada peraturan.
e.       Struktur yang bebas: tidak ada peraturan yang memaksa (permissiveness).
f.       Struktur yang kasar: abuse (menyiksa, sukar berteman).
g.      Suasana yang dingin (isolasi,  sukar berteman).
h.      Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional).

2.4  Tugas dan Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval, daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap perkembangannya.
1.      Tahap I, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak.)

2.      Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi berusia kurang dari satu bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga) membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.

3.      Tahap 3, keluarga dengan anak pra sekolah, atau anak tertua 2.5-6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang “sehat” dalam keluarga.

4.      Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7-12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak- anak termasuk membantu anak-anak mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.

5.      Tahap 5, keluarga dengan anak remaja tertua 13-20 tahun. Tugas utama keluarga pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua dan anak-anak remaja.

6.      Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas erkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.

7.      Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas keluarga pada tahap ini ialah mempertahankan kontak dengan anak- dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.

8.      Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupa dengan penghasian yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.
Bukan hanya individu saja yang memilki tahap perkembangan, keluarga pun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada tahapnya. Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan McGoldrick (1989) dan Duvall (1985).
Perbedaan Tahap Perkembangan
Carter dan McGoldrickn (family therapy perspective, 1989)
Duval (sociological perspekctive, 1985)
1.      Keluarga antara : masa bebas (pacaran) dewasa muda
Tidak diidentifikasi karena periode waktu antara dewasa dan menikah tak dapat ditentukan
2.      Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan
1.      Keluarga baru menikah
3.      Keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia sekolah)
2.      Keluarga dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30 bulan)
3.      Keluarga dengan anak pra sekolah (usia anak tertua 2,5-5 tahun)
4.      Keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun)
4.      Keluarga yang memiliki anak dewasa
5.      Keluarga dengan anak remaja (usia anak tertua 13-20 tahun)
5.      Keluarga yang mulai melepas anaknya keluar rumah
6.      Keluarga mulai melepas anaknya sebagai dewasa (anak-anaknya mulai meninggalkan rumah)
7.      Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua saja/keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan rumah)
6.      Keluarga lansia
8.      Keluarga lansia

Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki keluarga. Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dilihat sesuai tahap perkembangannya.

Tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan
Tahap perkembangan
Tugas perkembangan (utama)
1.      Keluarga baru menikah
·         Membina hubungan intim yang memuaskan
·         Membina hubungan dengan keluarga lain , teman, dan kelompok sosial
·         Mendiskusikan rencana memiliki anak
2.      Keluarga dengan anak baru lahir
·         Mempersiapkan menjadi orang tua
·         Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan
·         Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya
3.      Keluarga dengan anak usia pra sekolah
·         Memenuhi kebutuhan anggota keluarga misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
·         Membantu anak bersosialisasi
·         Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi
·         Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau luar keluarga (keluarga lain dan lingkungannsekitar)
·         Pembagian waktu  untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi)
·         Pembagian tanggung  jawab anggota keluarga
·         Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak
4.      Keluarga dengan anak usia sekolah
·         Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang tidak kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat)
·         Mempertahankan keintiman pasanga
·         Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga
5.      Keluarga dengan anak remaja
·         Memberikan kebebasab yang seimbang dan bertanggung jawab mengingant remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi
·         Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
·         Mempertahankan komunikasi terbuka anatara anak dan orang tua. Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
·         Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh-kembang anggota keluarga
6.      Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa muda






·         Memperluas jaringan keluarga dan keluarga inti menjadi keluarga besar
·         Mempertahankan keintiman pasangan
·         Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
·         Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah
7.      Keluarga usia pertengahan
·         Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
·         Mempertahankan hubungan yang serasi dan meuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
·         Meningkatkan keakraban pasangan
8.      Keluarga usia tua
·         Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya
·         Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga
·         Mmpertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
·         Melakukan life review masa lalu


TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi;
1.      Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan kerena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan kecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

2.      Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3.      Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4.      Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5.      Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Setyowati. Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus. Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Setiawaty. Santun. 2008. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar